Terminologi Pendidikan Dalam Al Qur'an

A.    Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan hidayah dan hadiah bagi umat Islam. Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber norma dan nilai normatif yang mengatur seluruh kehidupan umat Islam. Oleh karena itu, kebutuhan untuk membumikan norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an atau mengintegrasikannya ke dalam berbagai bidang kehidupan umat Islam selalu muncul ke permukaan, termasuk mengintegrasikannya ke dalam pendidikan.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib dan Tazkiyah” yang ada dalam al-Qur’an. Terminologi tersebut sebagai bentuk translitasi untuk menjelaskan istilah pendidikan. Dalam pembahasan bab ini akan dikaji asal usulnya dalm lingkup kebahasaan, baik secara etimologi maopun terminologi. Penelusuran dan penguraian bahasa tersebut, diharapkan dapat mengetahui maknanya  sekalipun ahli tafsir berbeda-beda dalam menafsirkan  istilah tersebut[1]. terminologi tersebut mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam : informal, formal dan non formal.
Dengan demikian, akan ditemukan antara terminologi kebahasaan dan terminologi al-Qur’an, sehingga dapat dirumuskan sebuah analisa yang diharapkan mampu mengantarkan kepada rumusan sebuah konsep tentang pendidikan.
1.      Tarbiyah
Menurut ahli bahasa kata Tarbiyah ( تربية ) berasal dari kata :
a.       Rabba – yarbu  ( ربا-يربو ) artinya ( نما-ينمو ) yaitu berkembang.
b.      Rabiya-yarba ( ربي-يربي ) yang bermakna nasyaa, tara’ra’a (tumbuh).
c.       Rabba-yarubbu (  ر بّ – ير بّ ) yang berarti aslahahu, tawalla amrahu, sasaahu, waqama ‘alaihi, wa ra’aahu yang berarti memperbaiki, mengurus,memimpin, menjaga,dan memeliharanya atau mendidik.[2]
Selanjutnya, Ibn al-Manzhur (1988, V: 95) mengemukakan bahwa ر بّ – ير بّ – ربا : اى ملكه. , artinya memiliki atau menguasainya. Kemudian ia menjelaskan bahwa lafal- و ر با با – و ر با نة – ا ى نمّا – و ز د ا – و اتمّها – و ا صلح     ر بّ – ير بّ – ر بّاartinya mengembangkan, menambahkan, menyempurnakan, dan membereskan /mengatur.
Sedangkan Al-Zubaidi (1306 H, I: 261) menjelaskan semakna dengan Ibn al-Manzhur di atas, namun ia menambahkan dengan arti lain yaitu lafal لزم, lengkapnya adalah   - و لز م  و ر با با – و ر با نة – ا ى نمّا – و ز د ا – و اتمّها – و ا صلح   ر بّا - ر بّ – ير بّ –   yang artinya menetap/tinggal di suatu tempat.
Dari uraian beberapa tokoh ahli bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa secara bahasa tarbiyat berarti و أصلحها، ملكه، أنشأه ، علوته  الغذا ، أحسن القيام عليه ووليه، ّ نماها. وزادها, ّ تمها و علوته  (memberi makan/memelihara, baiknya pengurusan dan pemeliharaan, mengembangkan, menambahkan, menyempurnakan, membereskan,memiliki, mengembangkan, dan meninggikan.
Dalam Al-Qur’an kata tarbiyah dengan bentuk deriasinya terulang sebanyak 952 kali, yang terbagi menjadi dua bentuk : (a)   Bentuk isim fail (rabbaani) terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 79. Bentuk ini terulang sebanyak 3 kali yang semuanya berbentuk jamak (plural) (rabbaaniyyiin/rabbaaniyyuun) yang juga mempunyai relasi dengan kata mengajar (ta’lim) dan belajar (tadris). (b)   Bentuk masdar (rabb), terulang dalam al-Qu’an sebanyak 947 kali, empat kali berbentuk jamak (arbaab), satu kali berbentuk tunggal, dan selebihnya diidiomatikkan dengan isim (kata benda) sebanyak 141 kali yang mayorotas dikontekskan dengan alam, selebihnya dikontekskan dengan masalah Nabi, manusia, sifat Allah dan ka.bah. (c)    Berbentuk kata kerja (rabba). Bentuk ini dalam al-Qur’an terulang sebanyak 2 kali yaitu terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 24 dan surat al-Syu’ara ayat 18[3]
Apabila istilah al-tarbiyah diidentikkan dengan bentuk madi-nya rabbayani  sebagaimana dalam QS. al-Isra: 24, dari bentuk mudari’-nya nurabbi QS. al-shu’ara: 18, maka al-tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, memproduksi, membesarkan dan menjinakkan. Menurut al-Razi, terma rabbayani tidak hanya pengajaran yang bersifat ucapan yang memiliki domain kognitif tetapi juga meliputi juga pengajaran tingkah laku yang memiliki domain afektif.[4] Sedangkan menurut penafsiran Sayyid Qutb, kata rabbayani sebagai pemeliharaan jasmaniah terhadap anak dan menumbuhkan kematangan sikap mentalnya sebagai pancaran akhlak al karimah pada anak didik.[5]
Ibnu ‘Abas ketika menjelaskan  Rabbaniyin  yang akar katanya dari rab dalam QS. ‘Ali Imran: 79,
وقال ابن عباس { كونوا ربانين } حلماء فقهاء ويقال الرباني الذي يربي الناس بصغار العلم قبل كباره[6]

Artinya: “Jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqh, dan berilmu pengetahuan. Dan dikatakan predikat “rabbani” apabila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan, dari sekecil-kecilnya sampai pada yang lebih tinggi.”
Dengan demikian, maka Tarbiyah dapat dimaknai sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik secara bertahap. Proses tersebut dilakukan melalui pengenalan, hafalan, dan ingatan yang belum menjangkau proses pemahaman dan penalaran.

Ta’lim
Abdul Fattah Jalal, mendefinisikan at-ta’lim sebagai proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga penyucian atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya . At-ta’lim menyangkut aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidup serta pedoman prilaku yang baik. At-ta’lim merupakan proses yang terus menerus diusahakan semenjak dilahirkan, sebab menusia dilahirkan tidak mengetahui apa-apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai potensi yang mempersiapkannya untuk meraih dan memahami ilmu pengetahuan serta memanfaatkanya dalam kehidupan[7]. Munurut Rasyid Ridho[8]at-ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu . Definisi ini berpijak pada firman Allah al-Baqarah: 31

وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Rasyid Ridho memahami kata ‘allama’ Allah kepada Nabi Adam as, sebagai proses tranmisi yang dilakukan secara bertahap sebagaimana Adam menyaksikan dan menganalisis asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya. Dari penjelasan ini disimpulkan bahwa pengertian at-ta’lim lebih luas atau lebih umum sifatnya daripada istilah at-tarbiyah yang khusus berlaku pada anak-anak. Hal ini karena at-ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dan orang dewasa, sedangkan at-tarbiyah, khusus pendidikan dan pengajaran fase bayi dan anak-anak[9].
Sayed Muhammad an Naquid al-Atas, mengartikan at-ta’lim disinonimkan dengan pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar, namun bila at-ta’lim disinonimkan dengan at-tarbiyah, at-ta’lim mempunyai arti pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah sistem[10]. Menurutnya ada hal yang membedakan antara at-tarbiyah dengan at-ta’lim, yaitu ruang lingkup at-ta’lim lebih umum dari pada at-tarbiyah, karena at-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial dan juga at-tarbiyah merupakan terjemahan dari bahasa latin education, yang keduanya mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik-mental, tetapi sumbernya bukan dari wahyu.



[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung, Rosda Karya., 1992), hal. 6
[2] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al Qur’an Tentang Pendidikan, (Sleman : TERASS, 2008), hal. 39.
[3] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al Qur’an Tentang Pendidikan, hal. 40-43
[4]Fakhr al-Razi, Tafsir Fakhr al-Razi (Teheran: Daral-Kutub al-‘Ilmiyah, t.t.),hal. 151.
[5]Sayyid Qut}b, Fi Zilal al-Qur’an,  Maktabah Syamilah, 5 hal.  15.
[6] Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Maktabah Syamilah, hal 37
[7]  Abdul Fattah Jalal, Min al-Usuli al-Tarbawiyah fi al-Islam. (Mesir, Darul Kutub Misriyah. 1977), hal. 32
[8] Rasyid Ridho, Tafsir al-Manar. (Mesir, Dar al-Manar, 1373 H), hal. 42
[9] Ibid, hal. 42.

[10] An Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam. (Bandung, Mizan. 1988), hal.17.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Terminologi Pendidikan Dalam Al Qur'an"

Posting Komentar