PENCIPTAAN MANUSIA
A. Fokus Kajian Hadis
عن ابن مسعود - رضي
الله عنه - ، قَالَ : حدثنا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ الصادق
المصدوق : (( إنَّ أحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أربَعِينَ
يَوماً نُطْفَةً ، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً
مِثْلَ ذلِكَ ، ثُمَّ يُرْسَلُ المَلَكُ ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ ، وَيُؤْمَرُ
بِأرْبَعِ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ
سَعِيدٌ . فَوَالَّذِي لا إلهَ غَيْرُهُ إنَّ أحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ
الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وبيْنَهَا إلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيهِ الكِتَابُ ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ فَيدْخُلُهَا ، وَإنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إلاَّ ذراعٌ ، فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ فَيعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ
الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .
أخرجه : البخاري
9/165 ( 7454 ) ، ومسلم 8/44 ( 2643 ) ( 1 ) .
Artinya : Dari Ibnu
Mas’ud r.a. Dia brkata : Rasulullah Saw. telah menyampaikan kepada kami dan
Beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaanya di dalam rahim ibunya sebagai setets air mani selama
empat piluh hari, kemudian berubah menjadi setets darah selama empat puluh
hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka
dan bahagianya. Demi Allah yang tidal Illah selain-Nya, sesungguhnya diantara
kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan
surga tinggal sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia
melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia kedalam neraka. Dan diantara
kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan
neraka tinggal sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia
melakukan perbuatan ahli surga, maka masuklah dia kedalam surga. (H.R.
Mutafaqun ‘alaih).
B. Beberapa Istilah
في
بَطْنِ أُمِّهِ = Rahim yaitu tempat
pembentukan janin yang terdapat dalam perut seorang Ibu.
نُطْفَةً = Terambil dari kata an-nathf mani
yang ditumpahkan dari sulbi laki-laki ketika mencapai puncak kenikmatan dan
bersatu dengan ovum. Kemudian dinamakan nuthfah karena menumpahkanya sedikit.
عَلَقَة = Sekerat darah yang membeku
مُضْغَةً = Segumpal daging
C. Biografi Perawi
Nama lengkapnya
adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama julukannya “ Abu
Abdirahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk islam. Ia hijrah ke
Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam. Dalam perang Badar, Ia berhasil membunuh Abu Jahal. Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam bersabda” Ambilah al-Quran dari empat orang:
Abdullah, Salim (sahaya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka’ab”.
Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan
adalah Abdullah bin Mas’ud ini.
Ketikah menjadi
Khalifah Umar mengangkatnya menjadi Hakim dan Pengurus kas negara di kufah. Ia
simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri. Sanad paling shahih
yang bersumber dari padanya ialah yang diriwayatkan oleh Suyan ats-Tsauri, dari
Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi, dari alqamah. Sedangkan yang paling dlaif
adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi Fazarah dari Abu Said. Ia
meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin Mu’adz. Yang meriwayatkan hadits
darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang bernama Abdullah”), Anas bin
Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari, Alqamah, Masruq, Syuraih
al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang ia riwayatkan
mencapai 848 hadits. Beliau datang ke Medinah dan sakit disana kemudian
wafat pada tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi, Utsman bin ‘Affan ikut
menshalatkannya.
D. Takhrijul Hadis
Hadits
tersebut diriwayatkan oleh :
1. Imam
al Bukhari dalam Shahih-nya, pada kitab Bada-ul Khalq, Bab Dzikrul Mala-ikah
(no. 3208), kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3332. Lihat juga hadits no. 6594 dan
7454. Dari jalur sanad :
حدثنا
الحسن بن الربيع حدثنا أبو الأحوص عن الأعمش عن زيد بن وهب قال عبد الله : حدثنا رسول الله صلى الله عليه و سلم
2. Imam
Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al Qadar no. 6893.
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ ح
وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ الْهَمْدَانِىُّ -
وَاللَّفْظُ لَهُ - حَدَّثَنَا أَبِى وَأَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ قَالُوا
حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم
3. Imam
Abu Dawud Kitab as sunnah bab fil Qadr hadis no. 4710.
حَدَّثَنَا
حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِىُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ - الْمَعْنَى وَاحِدٌ وَالإِخْبَارُ فِى
حَدِيثِ سُفْيَانَ - عَنِ الأَعْمَشِ قَالَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ وَهْبٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم
4. Imam
at-Tirmidzi Kitab al Qadr bab anal ‘amala bil khawatimi hadis no. 2137.
حدثنا
هناد حدثنا ابو معاوية عن الأعمش عن زيد بن وهب عن عبد الله بن مسعود قال : حدثنا
رسول الله صلى الله عليه و سلم
5. Imam
Ibnu Majah Kitab Iftitahul Kitabi wa al Imani wa Fadhailu ash shahabati wal
ilmi, bab al Qadr hadis no. 76.
حدثنا
علي بن محمد حدثنا وكيع ومحمد بن فضيل و أبو معاوية . ح وحدثنا علي بن ميمون الرقي
حدثنا أبو معاوية ومحمد بن عبيد عن الأعمش عن ريد بن وهب قال قال عبد الله بن
مسعود
E. Pembahasan
1. Proses Penciptaan Manusia
Secara sunatullah manusia tumbuh
dan berkembang sejak dalam alam rahim sampai dengan meninggal dunia fana
mengalami proses tahap demi tahap. Dijelaskan dalam hadis tersebut, bahwa awal
penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu, yang berawal dari nuthfah
(bercampurnya sperma dengan ovum), kemudian dari nuthfah menjadi ‘alaqah
(segumpal darah), lalu mudhghah (segumpal daging) sebagai cikal bakal manusia
(embrio). Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan ruh padanya
serta mencatat empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara atau
bahagia. Jadi, ditiupkannya ruh kepada janin setelah ia berumur 120 hari.
Menurut al-Ghazali proses kejadian
pembentukan manusia diawali oleh pertemuan nuthfah dan nafs.
Menurutnya, nafs atau jiwa diciptakan ketika nuthfah (sel benih) telah memenuhi
persyaratan untuk menerimanya. Nuthfah dimaknai sperma laki-laki yang telah
menyatu sel telur wanita (ovum) dalam rahim perempuan. Pada saat
tertentu nuthfah mempunyai kesiapan
untuk menerima jiwa, dan kondisi memenuhi syarat untuk menerima jiwa disebut al-istiwa.
Proses tersebut sesuai dengan firman-Nya[1],
yaitu :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (28) فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29)
Dan (ingatlah), ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan
seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk, Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud. (QS. Hijr : 28-19).
Para ulama sepakat, bahwa ruh
ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari, terhitung sejak bertemunya
sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin berusia empat
bulan penuh[2].
Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang
ditinggal mati suaminya menjalani masa ‘iddah selama empat bulan sepuluh hari,
untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak
menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.[3]. Al-Qur’an
menjelaskan secara rinci tentang proses penciptaan manusia yaitu :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي
قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا
ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
(14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16) وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ
وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ (17)
Artinya :"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
(dari kuburmu) di hari Kiamat" [al Mu’minun/23:12-16].
Ayat-ayat tersebut menjelaskan
proses perkembangan manusia sejak berada dalam alam rahim, kehidupanya di
dunia, hingga hancurnya jasad dan akhirnya dibangkitkan kembali diakhirat.
Al-Qur’an menyatakan proses
penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama,
disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s.
diciptakan darial-tin (tanah), al-turob (tanah
debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah
lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian
Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam
(6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman
(55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat
dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari
inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut
kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut
dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun
(23):12-14).
2. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Manusia adalah makhluk Allah yang
diciptakan dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin : 94), dan rupa
yang seindah-indahnya (QS. At-Taghabun : 3), dilengkapi dengan organ psikofisik
yang istimewa seperti pancaindra dan hati (QS. An-Nahl : 78), diberi potensi
kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta (QS. Al-Ra’d : 3), memahami
dirinya sendiri (QS. Ar-Rum : 20-21), akal untuk memahami keagungan-Nya (QS.
Al_haj : 26), nafsu yang paling rendah (QS. Yusuf : 53) dan yang paling tinggi
(QS. Al-Fajr : 27-30), dan ruh yang kepadanya Allah Swt mengambil kesaksian
manusia (QS. Al’Araf : 72-74).
Manusia makhluk ciptaan Allah yang
paling sempurna, karena dikaruniai ciri dan keistimewaan yang berbeda dan lebih
unggul dibandingkan dengan makhluk yang lainya. Menurut Said Hawa[4], disamping
manusia mempunyai akal, keistimewaan manusia dapat dilihat dari beberapa aspek,
yaitu :
1. Anotomi
Tubuh Manusia.
Dimana setiap organ yang pada diri
manusia, sekecil apapun itu, telah disusun dan dibentuk dalam susunan dan
bentuk yang paripurna.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4)
“Sesungguh kami telah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk.”(QS. At Tin : 4).
2. Kemampuan
Belajar
Manusia di karuniai kemampuan untuk
belajar atau menyerap pengetahuan yang sangat berbeda dengan makhluk lain.
Manusia mampu mengenali dirinya dan lingkungan sekitarnya; menyusun fakta-fakta
dan menganalisanya; mengetahui cara-cara memanfaatkan sesuatu; mencerna hukum
alam atau mengatur sesuatu. Allah Ta’ala Berfirman :
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ (31)
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
3. Kehendak
Pengetahuan adalah sesuatu yang
pasif. Ia tidak begitu saja mengubah seseorang menjadi merah dan hitam. Yang
membuat seseorang bergerak, bereaksi atau merespon adalah kehendak. Sehingga
manusia bisa menyikapi setiap kondisi yang dihadapinya dengan berbagai macam
sikap. Ketika didzalimi misalnya, manusia bisa memilih sikap antara marah atau
memaafkanya, antara membalas secara trang-trangan atau secara diam-diam dan
sebagainya. Sementara hewan cenderung mempunyai satu pilihan. Ayat al-Qur’an
menjelaskanya :
إِنَّا
هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (3)
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang
lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
4. Status
dan Potensi
Status manusia di jagat raya ini
adalah sebagai tuan, sebab segala sesuatu yang ada di alam ini diperuntukan
untuk manusia. Sebagaimana Firman_Nya :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang
ada di bumi ini untuk kamu.”(QS. Al-Baqarah : 29).
5. Kemampuan
Verbal,
Suara yang keluar dari mulut
binatang seperti dengusan, kicauan dan yang lainya hanyalah rangkaian bunyi
yang monoton dan berulang-ulang. Berbeda dengan manusia, dari huruf hijaiiyah
(huruf ‘Arab) atau huruf –huruf dalam Bahasa Indonesia. Manusia mampu merangkai
kata-kata dalam berbagai macam bahasa dan dipakai sebagai alat komunikasi.
Dengan itulah manusia bisa tertawa, menangis, membuat teori, hukum-hukum,
marah, bahagia dan sebagainya. Firman-Nya :
الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآَنَ (2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3)
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)
“Tuhan Yang Maha Pemurah Yang telah
mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarkanya pandai berbicara.
(QS. Al-Rahman : 1-4).
6. Persepsi,
Imajinasi dan Konsepsi
Makhluk lain memang memiliki
beberapa fungsi indrawi yang sama dengan manusia. Tapi dari segi persepsi,
konsepsi dan imajinasi berbeda dengan manusia. Ketika manusia dan binatang
umpamanya sama-sama bisa melihat laut yang berwarna biru, namun yakinlah bahwa
out put yang dihasilkanya pasti berbeda. Dimana manusia melihat birunya laut
dapat menjadi syair, pengetahuan, kenyamanan, kengerian, pertanda dan
sebagainya.
7. Perilaku
Di dalam diri manusia itu ada
potensi untuk berprilaku rendah, hingga menjadi makhluk yang tidak bermartabat;
juga mempunyai kesiapan untuk berprilaku mulia, hingga menjadi makhluk yang
paling mulia. Manusia mempunyai potensi untuk menjadi baik, menjadi jahat, atau
menjadi baik sekaligus jahat pada waktu bersamaan. Berbeda dengan binatang yang
hanya terpancang pada satu prilaku saja.
Dendam, dengki, iri, khianat,
sombong, riya, marah, tamak, angkuh, ujub, culas, curang, keras kepala, tebal
muka, kasar berikut sifat-sifat kebalikanya, seperti penyabar, penyayang, ramah
dan syang lainya merupakan gambaran beragamnya prilaku yang dimiliki manusia.
Manusia
diciptakan Allah Ta’ala mempunyai potensi positif dan negatif. Potensi positif
yang dimilinya yakni : manusia mempunyai fitrah beragama (QS. Ar-Rum : 30);
kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan (QS. Al-Baqarah : 31); mampu
menyususn argumentasi secara logis (QS. Al-Baqarah : 65-68); mampu mengambil
pelajaran dari pengalaman (QS. Al-‘Araf 164-169); mampu berfikir kritis
terhadap gagasan yang disampaikan orang lain yang tidak mempunyai pijakan
kebenaran (QS. Al-Maidah : 103); kemampuan menguasai informasi (QS. Ar-Rahman :
4). Adapun potensi negatifnya adalah : bersifat tergesa-gesa (QS. Bani Israil :
11); bertindak bodoh dan mempersulit diri (QS. Al-Ahzab : 72); labil dan tidak
betahan (QS. Al-Ma’arij : 19); keluh kesah (QS. Al-Ma’arij : 20); kikir
terhadap miliknya dan cenderung kurang bersyukur (QS. Al-Ma’arij : 21); suka
berdebat dan membangkang (QS. Al-Kahfi : 54, an-Nahl : 4); mudah melupakan jasa
baik orang lain (QS. Yunus : 12); sulit berterimakasih secara tulus (QS.
Al-‘adiyat : 6); suka bertindak melampoi batas (QS. Al-‘Alaq : 6); mudah putus
asa dan cenderung menutup diri (QS. Hud : 9); senang kepada harta (QS.
Al-Takasur : 1-2); dan takut pada ancaman dan kematian (QS. An-Nisa : 78).[5]
Dengan demikian, apa konsekwensi
yang timbul dari semua keistimewaan yang dikaruniakan Allah kepada manusia?
Bukankah orang bijak telah berkata : “Sebesar karunia yang dilimpahkan
kepadamu, sebesar itu pula tanggungjawab yang dituntut darimu”.
Allah yang menciptakan manusia
sebagai satu-satunya makhluk, dari sekian makhluk yang berada di muka bumi,
yang dimintai pertanggung jawabannya. Allah Berfirman :
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ
أَنْ يُتْرَكَ سُدًى (36)
“Apakah Manusia mengira, bahwa ia akan
dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) (QS. Al-Qiyamah : 36)
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ
عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115)
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mukminun :
115)
Oleh karena itu, manusia
dengan segala kesempurnaan dan keistimewaannya, potensi yang dimiliki positif
dan negatifnya, perangkat baik dari aspek jasadiah ataupun ruhaniahnya, dengan
kata lain selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia
dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan
multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis, sehingga akan mampu menjalankan aktifitasnya
sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
[1]
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Jogjakarta :
Pustaka Pelajar, 2009), hal 33.
[2]
Imam Nawawi, Syarah Muslim, Maktabah Syamilah, Kitab Fil Qadr, hal. 191.
[3]
Taudhîhul Ahkâm bi Syarhi Bulûghil Maram 5/561-562.
[4]
Said Hawa, Ar-Rasul, terj. Rasulullah Izinkan Aku Mencintaimu, Imam Firdaus dan
Nashruddin, (Jakarta : AULIA PUSTAKA, 2008), hal 1-6.
[5]
Nurwajah Ahmad, TAFSIR AYAT-AYAT PENDIDIKAN, Hati yang Selamat Hingga Kisah
Luqman, (Bandung : Penerbit MARJA, 2007), hal. 87-92.
0 Response to "Proses Penciptaan Manusia"
Posting Komentar